Minggu, 08 Juni 2008

RAKYAT TUMBUH BERSAMA


Dwi Putro HS
Dinas Perindag Kab Temanggung



Selama ini nasi aking dijadikan simbol kemiskinan rakyat. Dan telah menjadi opini publik setiap kali terjadi kekurangan pangan di Indonesia. Nasi aking sebenarnya kurang tepat bila dijadikan simbol kemiskinan rakyat. Logikanya adalah keberadaan nasi aking karena ada kelebihan nasi yang tidak habis dikonsumsi. Maka paradok bila nasi aking menjadi simbol kemiskinan rakyat. Tepatnya adalah nasi aking menjadi pertanda ketidak- cukupan pangan di Indonesia. Ibaratnya, selama ini rakyat miskin dibiarkan makan nasi aking sementara kebijakan pemerintah melalui berbagai regulasinya memacu kelompok menengah ke atas menikmati kemudahan kecukupan pangan berlebihan.

Jelasnya adalah kebijakan pemerintah masih belum mampu menyentuh kebutuhan semua masyarakat, yang indikasinya masih terjadi kekurangan pangan pada sebagian banyak rakyat miskin. Sepertinya rakyat miskin dibiarkan hidup tidak dapat memenuhi dua kebutuhan pokok yaitu kalori dan gizi. Indikasi ini meluas dengan rentannya mereka terhadap berbagai jenis penyakit seperti gondok, kurang gizi, busung lapar dan penyakit lainnya. Apabila ini dibiarkan terus maka kata terakhir yang akan disandang ialah kemunduran derajad kesehatan, mental dan intelektual. Yang pada akhirnya mereka akan sulit bersaing pada jaman kompetitif ini.


Pembangunan Kerakyatan
Dewasa ini tekanan pembangunan yang berpihak pada rakyat miskin semakin tajam. Karena tekanan yang semakin tajam, arah pembangunan nasional harus berubah pada oreintasi kerakyatan. Orientasi kerakyatan lebih diartikan sebagai pembangunan yang berimbang antara pemenuhan kebutuhan negara didunia dan kebutuhan dalam negeri. Konsep ini kebalikan dengan pembangunan yang gaya pertumbuhannya ditujukan ke luar negeri atau berorientasi ekspor. Pertumbuhan yang hanya berorientasi ekspor pasti dampaknya akan terasa pada rakyat , yaitu kelangkaan barang produksi dalam negeri. Seperti yang masih terasa hingga kini adalah kelangkaan minyak goreng, bahan bakar minyak ( BBM ) dan barang kebutuhan pokok lainnya. Persediaan barang atau komoditas di dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat jadi terabaikan.

Pembangunan kerakyatan dapat juga diartikan pembangunan yang bukan hanya mengejar pertumbuhan semata, tetapi pembangunan yang memperhatikan kebutuhan rakyat. Oleh karena itu pemberdayaan rakyat miskin hendaknya menjadi indikator keberhasilan pembangunan disuatu negara. Logikanya adalah negara tidak boleh mengabaikan rakyat miskin. Semua rakyat harus dapat tumbuh bersama dalam suatu negara yang kuat dan mandiri.

Rakyat Tumbuh Bersama
Untuk mengatasi ketidak-cukupan pangan dan pemerataan maka sebaiknya pemerintah menerapkan kebijakan pembangunan dengan prinsip menumbuhkan rakyat secara bersama- sama dengan opini populis diberi nama Rakyat Tumbuh Bersama. Konsepnya adalah pembangunan diawali dengan merubah kemiskinan dan keterbelakangan.

Pada prinsip Rakyat Tumbuh Bersama ini partisipasi rakyat harus diikutsertakan dalam setiap kebijakan pembangunan. Kebijakan pembangunan yang diterapkan harus berangkat dari regulasi bebutuhan dasar manusia yang beroreintasi pada nilai sosial.

Menurut D. Seers , Hamburg 1974, ada beberapa pokok yang harus diperhatikan yaitu kebutuhan pangan, pekerjaan dan keadilan sosial. Ini berarti perbaikan kehidupan rakyat, perbaikan pangan, kesehatan, kesempatan kerja, tempat tinggal dan sebagainya. Setelah itu baru strategi pembangunan yang multidimensional.

Konsep dasar Rakyat Tumbuh Bersama yaitu, pusat pertumbuhan tidak saja terkonsentrasi di kota- kota besar, tetapi merata di kota Kabupaten, di kota Kecamatan, bahkan kalau perlu sampai di desa- desa terpencil dan perbatasan.

Kota Kabupaten dan kota Kecamatan dapat dijadikan pusat pertumbuhan karena basis kebutuhan ada disana. Dengan demikian semua rakyat akan mendapat peluang yang sama dalam keikutsertaan pembangunan. Dan rakyat dibiarkan menikmati kemakmuran yang dicapai. Untuk merealisasikan model pembangunan ini diperlukan kebijakan yang benar- benar terkonsentrasi pada pertumbuhan di tingkat bawah (marginal). Tentu untuk memulainya diperlukan pembenahan sarana, prasarana dan infrasruktur yang memadai.
Dengan konsep pembangunan Rakyat Tumbuh Bersama ini diharapkan semua rakyat apapun kegiatan-ekonominya dapat tumbuh secara bersama- sama. Yang dibutuhkan rakyat sekarang ini sebetulnya bukan eforia bantuan langsung dari pengalihan subsidi, tetapi kemudahan yang berimbang antara yang kecil, menengah dan besar. Dan yang lebih penting lagi adalah kecukupan ketersediaan kebutuhan komoditi.

Tidak ada komentar: